Kelangkaan air di Filipina

Water Contamination & Remediation South-East Asia - Asean-Water

Kelangkaan air adalah masalah yang berkembang di Asia Tenggara, dan Filipina adalah salah satu negara yang paling rentan di kawasan ini. Negara ini sudah mengalami dampak perubahan iklim, seperti kekeringan yang lebih sering dan intens, yang membuat akses air bersih dan aman semakin sulit.

Sebuah studi oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) menemukan bahwa Filipina dapat menghadapi defisit air hingga 16 miliar meter kubik pada tahun 2040. Defisit ini dapat berdampak buruk pada ekonomi dan ketahanan pangan negara tersebut. Studi ADB bukan satu-satunya yang memprediksi defisit air di Filipina. Sebuah studi oleh Bank Dunia menemukan bahwa Filipina dapat menghadapi defisit air hingga 10 miliar meter kubik pada tahun 2030. Studi lain oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa Filipina dapat menghadapi defisit air hingga 12 miliar meter kubik pada 2050.

Ada sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap kelangkaan air di Filipina. Ini termasuk:

  • Perubahan iklim: Seiring perubahan iklim, Filipina mengalami kekeringan yang lebih sering dan intens. Ini mengurangi jumlah air yang tersedia untuk pertanian, minum, dan penggunaan lainnya.
  • Pertumbuhan populasi: Filipina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Hal ini membebani sumber daya air negara.
  • Polusi: Polusi air juga merupakan masalah utama di Filipina. Hal ini mempersulit akses air yang aman dan bersih.
  • Penggunaan air yang tidak efisien: Filipina juga tidak efisien dalam penggunaan airnya. Ini berarti bahwa lebih banyak air yang digunakan daripada yang diperlukan.
 
  • Apa itu defisit air?

Defisit air adalah perbedaan antara jumlah air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan. Di Filipina, defisit air diperkirakan akan meningkat seiring dengan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi.

Misalnya, kebutuhan air tahunan Filipina diperkirakan mencapai 160 miliar meter kubik, sedangkan pasokan air tahunan negara itu hanya 144 miliar meter kubik. Artinya, Filipina sudah menghadapi defisit air sebesar 16 miliar meter kubik.

 

  • Bagaimana perubahan iklim mempengaruhi krisis air di Filipina?

Perubahan iklim menyebabkan Filipina mengalami kekeringan yang lebih sering dan intens. Ini mengurangi jumlah air yang tersedia untuk pertanian, minum, dan penggunaan lainnya.

Misalnya, kekeringan pada 2015-2016 menyebabkan kekurangan air di banyak bagian negara, termasuk Metro Manila. Kekeringan mempengaruhi lebih dari 2,5 juta orang dan menyebabkan kerusakan sekitar $1 miliar.

 

  • Bagaimana pertumbuhan populasi mempengaruhi krisis air di Filipina?

Filipina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Hal ini membebani sumber daya air negara. Semakin banyak penduduknya, semakin banyak air yang dibutuhkan untuk minum, sanitasi, dan pertanian.

Misalnya, populasi Filipina diperkirakan mencapai 110 juta pada tahun 2050. Ini berarti kebutuhan air negara itu juga diperkirakan meningkat sebesar 50%.

 

  • Bagaimana polusi mempengaruhi krisis air di Filipina?

Pencemaran air juga merupakan masalah utama di Filipina. Hal ini mempersulit akses air yang aman dan bersih. Polusi dapat berasal dari pabrik, peternakan, dan pabrik pengolahan limbah.

Misalnya, sebuah studi oleh Organisasi Kesehatan Dunia menemukan bahwa lebih dari 70% air di Filipina tercemar. Pencemaran ini merupakan risiko kesehatan utama, karena dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan tifus.

 

  • Bagaimana penggunaan air yang tidak efisien mempengaruhi krisis air di Filipina?

Filipina juga tidak efisien dalam penggunaan airnya. Ini berarti bahwa lebih banyak air yang digunakan daripada yang diperlukan. Misalnya, Filipina kehilangan sekitar 30% airnya karena kebocoran pipa air.

Inefisiensi ini juga merupakan faktor utama dalam krisis air. Jika Filipina dapat mengurangi kehilangan airnya, ia akan memiliki lebih banyak air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang terus bertambah.

 

  • Apa akibat dari krisis air di Filipina?

Krisis air di Filipina merupakan ancaman besar bagi perekonomian negara dan ketahanan pangan. Pertanian adalah penggerak ekonomi utama di Filipina, dan sangat bergantung pada air. Defisit air dapat menyebabkan gagal panen, yang akan berdampak buruk pada pasokan pangan negara.

Misalnya, sebuah studi oleh International Food Policy Research Institute menemukan bahwa defisit air di Filipina dapat mengakibatkan hilangnya hingga 10% hasil pertanian negara tersebut.

Krisis air juga merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Kelangkaan air dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air, seperti kolera dan tifus. Hal ini juga dapat menyebabkan konflik atas sumber daya air.

 

  • Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis air di Filipina?

Filipina perlu mengambil tindakan sekarang untuk mengatasi krisis air. Ini termasuk berinvestasi dalam infrastruktur air, meningkatkan efisiensi air, dan mengurangi polusi air. Negara juga perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi air.

Misalnya, pemerintah Filipina telah berinvestasi di sejumlah proyek air, seperti bendungan dan waduk. Proyek-proyek ini membantu menyimpan air selama periode basah dan melepaskannya selama periode kering.

Pemerintah juga bekerja untuk meningkatkan efisiensi air. Ini termasuk mempromosikan penggunaan irigasi tetes di bidang pertanian dan memperbaiki kebocoran pipa air.

Pemerintah juga bekerja untuk mengurangi polusi air. Ini termasuk menegakkan peraturan di pabrik dan peternakan dan berinvestasi di pabrik pengolahan limbah.

 

  • Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengatasi krisis air di Filipina?

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengatasi krisis air di Filipina. Ini termasuk:

  • Menghemat air di rumah dan di tempat kerja. Ini dapat dilakukan dengan mandi lebih singkat, memperbaiki kebocoran di keran, dan lebih jarang menyiram rumput Anda.
  • Perbaiki kebocoran pada pipa air. Ini dapat dilakukan dengan memanggil tukang ledeng atau melakukannya sendiri.
  • Mendaur ulang dan menggunakan kembali air. Ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan air hujan atau menggunakan greywater untuk menyiram tanaman.
  • Mendukung kebijakan yang mempromosikan konservasi dan efisiensi air. Ini dapat dilakukan dengan menghubungi pejabat terpilih Anda dan memberi tahu mereka bahwa Anda mendukung konservasi air.
 
 

Untuk melangkah lebih jauh:

 

  • “Philippines Facing Water Crisis, Study Warns” by the World Bank. This article discusses the water crisis in the Philippines and the need for action to address it.
  • “Water Crisis in the Philippines: Causes, Consequences, and Solutions” by the Asian Development Bank. This report provides an overview of the water crisis in the Philippines and the challenges that the country faces in addressing it.
  • “Water Security in a Changing Climate: Southeast Asia” by the United Nations Environment Programme. This report discusses the water security challenges facing Southeast Asia, including the Philippines, and the region’s efforts to address these challenges.
  • “Impacts of Climate Change on Water Resources in the Philippines” by the World Bank. This report discusses the impacts of climate change on water resources in the Philippines and the country’s vulnerability to water scarcity.
  • “Water Pollution in the Philippines” by the World Health Organization. This report discusses the water pollution in the Philippines and the health risks associated with it.
  • “Impacts of super typhoons and climate change” by PreventionWeb. This article states that “weather-related disasters increased by a factor of five in the last 50 years, driven by climate change.” The article also notes that “studies show that intense cyclones, storms, and typhoons are increasing due to the warming climate and will continue for the foreseeable future.” https://www.preventionweb.net/news/impacts-super-typhoons-and-climate-change
  • “Response of damaging Philippines tropical cyclones to a warming climate using the pseudo global warming approach” by SpringerLink. This study found that the average intensity of typhoons in the western North Pacific (which includes the Philippines) has increased by about 10% since the 1970s. The study also found that this increase in intensity is projected to continue in the future. https://link.springer.com/article/10.1007/s00382-023-06742-6
  • “For the Philippines, a warming world means stronger typhoons, fewer fish” by Mongabay. This article discusses the impacts of climate change on the Philippines, including the increasing intensity of typhoons. The article quotes a scientist from the Philippine Atmospheric, Geophysical and Astronomical Services Administration (PAGASA) who says that “the frequency of typhoons may not change, but the intensity will.” https://news.mongabay.com/2019/10/for-the-philippines-a-warming-world-means-stronger-typhoons-fewer-fish/: https://news.mongabay.com/2019/10/for-the-philippines-a-warming-world-means-stronger-typhoons-fewer-fish/
  • “PHILIPPINES – Climate Change Knowledge Portal” by the World Bank. This report from the World Bank discusses the impacts of climate change on the Philippines, including the increasing intensity of typhoons. The report states that “the Philippines is especially exposed to tropical cyclones, flooding, and landslides.” https://climateknowledgeportal.worldbank.org/sites/default/files/2021-08/15852-WB_Philippines%20Country%20Profile-WEB.pdf
Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *